Berkaca Dari Kisah Ashabul Kahfi (1)

Sahabat fiddin, tentunya kita sudah sering mendengar dan mengenal kisah Ashabul Kahfi. Sekumpulan pemuda dengan ikatan iman di antara mereka. Terkumpul laksana ruh-ruh mereka melayang mencari jati diri, mencari teman sejati. Akhirnya, Alloh pertemukan mereka, dengan keimanan penuh di hati, mereka berdiri gagah, menyongsong hari, tauhid bersemayam dalam diri. Dan jangan salah, tauhid itu mereka tampakkan ke kahayalak ramai, mereka mengajak dan berda'wah kepadanya. Dan, hati mereka yang gerah melihat fenomena di sekitar mereka yg bahkan udah gak mengenal apa yang mereka sembah, udah gak ngerti, sebenarnya siapa yang mencipta mereka. Mereka lebih cenderung menjadikan raja-raja yang berkuasa sebagai sesembahan mereka. Tetapi, pemuda-pemuda ini, mereka gak takut, gak gentar. Mereka adalah al-ghurabaa pada zamannya. Disebabkan keringat-keringat kegerahan yang mulai mengucuri mereka, mereka mulai mendirikan rumah ibadah untuk mereka beribadah dan menyembah Alloh. Cuek aja mereka beribadah di tengah kaum yang tak bertuhan. Dicaci, dimaki, dianggap aneh, tak lagi dihargai sebagai keturunan raja, mereka tak takut! Tak silau merreka oleh gemerlapnya emas-emas kerajaan, berkilau-nya harta, wanita cantik yang menarik hati. Pokoknya yang namanya harta-tahta-wanita, mereka anggep aja sebagai angin lalu. Khusyu' mereka ibadah, sampai suatu saat masyarakat sekitar yang gerah dengan kelakuan mereka, melapor kepada raja..
Yang pertama, pemuda tak boleh takut. Sikap berani itulah yang akan mengangkat derajat kita. Kekuatan untuk iqomatul-din, mereka gak peduli sama cacian, tabrak aja.
Yang kedua, lihatlah otak brilian mereka. Mereka membuat rumah ibadah. Itulah yang diperlukan pemuda sekarang. Ruhiyah dan fikriyah..(bersambung)

Tidak ada komentar on "Berkaca Dari Kisah Ashabul Kahfi (1)"

Leave a Reply